“Kampung Seni hadir di tengah masyarakat sebagai penawaran dalam bidang seni dan budaya, penguat bahwa kami adalah penjaga gawang nilai tradisi masyarakat Tegal. Masyarakat Tegal itu menciptakan nilai seninya sendiri lewat kebiasaannya sehari-hari,” ujarnya.
Sampak Tegalan mulai diperkenalkan kepada publik sejak 2010 dan sempat tampil di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dalam program Pemerintah Kota Tegal.
Kini, formatnya makin matang, dengan mengangkat berbagai isu sosial masyarakat seperti mantu poci, centong kapiran hingga tumplek ponjen. Semua cerita itu berakar dari kehidupan nyata warga Tegal.
Pada 20 September 2025 lalu, Kampung Seni Tegal kembali memukau ratusan penonton lewat pementasan Tumplek Ponjen dan Balo-Balo, hasil kerja sama dengan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X melalui program Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan (FPK). Suasana guyub dan tawa lepas penonton menandai betapa dekatnya pertunjukan ini dengan keseharian warga.
Melalui kegiatan itu, Kampung Seni berharap Sampak Tegalan terus menjadi media untuk mensyiarkan tradisi, bahasa dan nilai-nilai sosial masyarakat Tegal.
“Kami ingin anak-anak muda tahu bahwa Tegal punya kekayaan budaya sendiri, punya karakter dan kebanggaan yang tidak kalah dari daerah lain,” tutur Seful. (**)


