Hal senada juga diutarakan Samsuri. Ia juga menyayangkan aset yang di miliki Pemda Kabupaten Tegal tidak di optimalkan dengan baik. Sudah seharusnya pengelola memiliki inovasi pengembangan obyek wisata tersebut.
Wakil Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Tegal, Arif Budiono menuturkan, pengelolaan obyek wisata tersebut belum di lakukan maksimal. Untuk itu di perlukan inovasi yang kreatif. Selain itu harus ada konsultan yang memikirkan solusi untuk pengembangan Obyek wisata Cacaban dan Purwahamba Indah. Sehingga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah Kabupaten Tegal. Saat ini hanya Obyek wisata Guci yang menjadi andalan penyumbang PAD.
“Selain memaksimalkan anggaran di daerah, di harapkan juga dapat menggali potensi anggaran di pusat,” sebutnya.
Kepala UPTD Pengelola Obyek Wisata Dinas Porapar Kabupaten Tegal, Satriyo Pribadi menjelaskan, obyek wisata Cacaban biasanya ramai pengnjung saat akhir pekan. Yakni Sabtu dan Minggu. Di hari biasa, masih minim pengunjung. Hal ini seperti terlihat pada saat Kunlap Komisi II DPRD kabupaten Tegal di obyek wisata Cacaban.
” Pengunjung biasanya sore karena sudah agak teduh, ” jelasnya.
Satriyo mengungkapkan, perolehan retribusi obyek wisata Cacaban setiap minggu sekitar Rp 3 juta – Rp 4 juta. Tiket masuk pengunjung pada hari biasa Rp 9.000 untuk dewasa, dan Rp 8.000 untuk anak- anak. Sedangkan tiket pada saat akhir pekan Rp 10.000 untuk dewasa dan Rp 8.000 untuk anak- anak. Adapun event yang rutin di selenggarakan di Obyek Wisata Cacaban adalah Ruwat Bumi Sedekah Waduk dan Cacaban Ekraf.
Sementara untuk Obyek Wisata Purwahamaba Indah pendapatan yang di peroleh setiap pekan hanya Rp 1 juta. Tiket masuk pada saat hari biasa Rp 5.000 untuk dewasa dan Rp 4.000 untuk anak- anak. Adapun di akhir pekan Rp 7.000 untuk dewasa dan Rp 5.000 untuk anak- anak.


