BREBES, smpantura – Banjir di kawasan pegunungan Desa Dawuhan, Kecamatan Sirampog, Brebes, kembali terjadi Sabtu (20/12/2025) sore. Kondisi ini dinilai sebagai alarm bahaya oleh pegiat lingkungan karena menunjukkan menurunnya daya dukung kawasan hulu.
Hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut lebih dari dua jam memicu aliran air dari perbukitan di kaki Gunung Slamet turun deras. Air menggenangi jalan lingkungan Dukuh Igirgowok dan masuk ke sejumlah rumah warga.
Koordinator Penanganan Bencana BPBD Kabupaten Brebes Posko Bumiayu, Budi Sujatmiko, membenarkan kejadian tersebut. Menurutnya, banjir di Desa Dawuhan bukan kali pertama terjadi dan kerap muncul setiap hujan dengan intensitas tinggi.
“Tidak ada korban. Setelah hujan berhenti, air berangsur surut,” kata Budi.
Ia menjelaskan, kondisi geografis Dawuhan yang berada di kawasan perbukitan seharusnya mampu menahan dan menyerap air hujan. Namun dalam beberapa tahun terakhir, daya serap tanah di duga menurun akibat perubahan pemanfaatan lahan. “Alih fungsi kawasan hutan menjadi lahan pertanian sayur-mayur berpengaruh. Air hujan langsung mengalir ke bawah dan memicu banjir di permukiman,” ujarnya.
Ketua LSM Penyelamatan Tanah Air Lingkungan dan Daerah Aliran Sungai (Patal DAS), M Jamil, menegaskan banjir di wilayah pegunungan tidak boleh di anggap sebagai kejadian biasa.
Menurutnya, banjir justru menjadi peringatan serius atas kondisi lingkungan di kawasan hulu. “Banjir di pegunungan adalah alarm bahaya. Jika wilayah yang seharusnya menyerap air justru banjir. Berarti ada masalah dalam pengelolaan lahan,” tegas Jamil.
Ia menilai, jika tidak segera di lakukan evaluasi dan perbaikan tata kelola lingkungan, banjir di khawatirkan akan semakin sering terjadi. Dan berdampak lebih luas hingga wilayah hilir. “Kami mendorong pemerintah segera mengevaluasi pemanfaatan lahan di kawasan pegunungan. Pemulihan ekosistem dan penerapan pertanian berkelanjutan menjadi kunci agar banjir tidak terus berulang,” kata Jamil.


