Nderek Mustasyar, PWNU–PCNU Se-Indonesia Ikuti Keputusan di Tebuireng

Terkait Persoalan di PBNU 

Ia juga menegaskan bahwa yang paling penting saat ini bukan perdebatan personal, melainkan penyelamatan tatanan organisasi. “Organisasi itu manzumah (sebuah sistem), dan sokogurunya (pondasi utama) adalah nizham (aturan/prinsip).

Bila nizham ini diabaikan, organisasi bisa runtuh dan mundur seratus tahun,” tegasnya.

Rais Syuriyah PWNU Bengkulu KH Hasbullah Ahmad menegaskan bahwa narasi yang menyebut ketua umum durhaka kepada kiai adalah keliru.

“Itu salah besar. Justru Ketum sedang menasihati kita semua untuk kembali ke aturan,” ujarnya. Ia menyatakan bahwa PWNU Bengkulu sepenuhnya mendukung keputusan para mustasyar di Tebuireng sebagai rujukan penyelesaian. “Kami support agar Ketum dan Sekjen terus berupaya agar NU selamat dari badai yang sedang melanda,” katanya.

Sementara itu, Ketua PWNU Kepulauan Bangka Belitung Masmuni Mahatma menyatakan bahwa pihaknya tidak akan bergeser sedikit pun dari tatanan AD/ART. “Ketua umum atau rais aam hanyalah institusi kecil. Yang besar adalah anggaran dasar dan anggaran rumah tangga,” ujarnya.

BACA JUGA :  Joe Biden Tiba di Bali, Gunakan Pesawat Air Force One

Ia menegaskan bahwa PWNU dan PCNU yang hadir dari Bangka Belitung mengikuti sepenuhnya arahan Mustasyar Tebuireng, karena para sesepuh memiliki pandangan jernih dan jauh dari kepentingan personal. Dalam pertemuan yang sama, Ketua PWNU Sulawesi Selatan Prof KH Hamzah Harun Al-Rasyid menyampaikan bahwa alasan pemakzulan Ketua Umum tidak memiliki dasar kuat.

“Mandataris tidak boleh diberhentikan kecuali melalui forum yang sama yang mengangkatnya,” ujarnya.

Ia menyebut bahwa langkah paling tepat saat ini adalah mengikuti rekomendasi para sesepuh yang menyerukan islah dan penertiban proses informasi. “Usaha yang paling tepat sekarang adalah islah. Kalau islah tidak bisa, kembali kepada AD/ART. Itulah yang dipesankan para Mustasyar,” katanya.