Di bagian bawah monumen dilengkapi dengan prasasti. Tertulis Pramonumen GBN/IV Diresmikan oleh Dandim 071/ Wijoyo Kusumo . Kolonel Zomi Dachlan pada tanggal 22 -8-1974. Prakarsa Bupati KDH Tegal R Samino.
Salah satu tokoh masyarakat di Lebaksiu, H Maskun mengisahkan, peresmian Monumen GBN Lebaksiu pada 1974 berlangsung meriah. Saat itu, usianya masih 10 tahun.
Maskun menuturkan, setiap tahun diadakan upacara di Monumen GBN Lebaksiu , yakni pada saat peringatan ulang tahun Banteng Raiders yang sekarang bernama Balatyon Infanteri 400/Banteng Raiders. Pasukan inilah yang berhasil menggempur kedudukan pasukan DI/TII yang dipimpin Amir Fatah di wilayah Slawi-Tegal. Operasi penghancuran pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah ini tergolong sukses.
Dikutip di laman undip.ac.id yang memuat skripsi Nurul Fatimah yang berjudul Penumpasan Gerakan DI/TII di Kabupaten Tegal tahun 1949 – 1962, kemunculan Gerakan DI/TII di Kabupaten Tegal tidak bisa dipisahkan dari adanya kebijakan dari pusat terhadap Reorganisasi dan Rasionalisasi (Re-Ra) di dalam TNI. Kebijakan ReRa tersebut dimaksudkan untuk membangun TNI menjadi organisasi militer yang baik dan profesional dengan dasar pendidikan kompetensi yang jelas dan terukur. Oleh karena itu, dengan ReRa banyak kesatuan militer yang terkena dampak harus dikeluarkan ataupun dibubarkan.
Dalam konteks ini, pasukan Hizbullah adalah kesatuan yang terkena dampak ReRa di Brebes. Salah satu organisasi Hizbullah yang kecewa terhadap Keputusan ReRa adalah Majelis Islam. Pasukan Majelis Islam pimpinan Abas Abdullah pada akhirnya memutuskan untuk memberontak melawan pemerintah. Pada perkembangannya, Amir Fatah bergabung bersama Abas Abdullah membangun Gerakan DI/TII Kabupaten Tegal.


