Karangan Bunga ke Pohon Hidup, Ucapan yang Lebih Bermakna dan Berkelanjutan

Oleh Rudi Yahya, Pengamat Kebijakan Publik asal Purbalingga

Dalam konteks ini, praktik tersebut dapat dibaca sebagai bentuk etika baru dalam perayaan dan penghormatan: merayakan tanpa meninggalkan jejak kerusakan.

Harapan WALHI: Simbol Harus Menjadi Aksi

Bagi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), perubahan kebiasaan sosial semacam ini sejalan dengan semangat gerakan lingkungan. WALHI menilai krisis ekologis tidak cukup dijawab melalui kebijakan struktural semata, tetapi juga melalui perubahan budaya konsumsi masyarakat.

Mengganti karangan bunga dengan pohon hidup dipandang sebagai simbol yang bertransformasi menjadi aksi nyata—tidak hanya menyampaikan empati, tetapi juga berkontribusi langsung pada pemulihan lingkungan dan pengurangan sampah non-organik.

Perspektif Global Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Agenda Pembangunan Berkelanjutan

Pada level global, praktik ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang diusung oleh PBB, khususnya terkait aksi iklim, kota berkelanjutan, dan pola konsumsi yang bertanggung jawab. Pohon hidup sebagai pengganti karangan bunga mencerminkan prinsip sustainability: memberi manfaat hari ini tanpa mengorbankan generasi mendatang.
PBB secara konsisten menekankan pentingnya peran individu dan komunitas dalam menjaga bumi. Perubahan kecil dalam kebiasaan sosial, jika dilakukan secara kolektif, dapat menjadi kekuatan besar dalam menghadapi krisis iklim.

BACA JUGA :  Maca Buku Nata Ilmu Karo Laku

Harapan UNEP: Perubahan Gaya Hidup sebagai Kunci

Lebih spesifik, United Nations Environment Programme (UNEP) menaruh harapan besar pada perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat global. UNEP mendorong pendekatan nature-based solutions, yakni solusi berbasis alam untuk menjawab persoalan lingkungan, termasuk krisis iklim dan polusi.