Lebih dari soal harga, kualitas air menjadi alasan utama rasa tenang. “Airnya tidak asin. Aman buat susu bayi,” katanya sembari menimang balita berusia tiga bulan.
Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen melihat program desalinasi sebagai investasi jangka panjang. Selain memenuhi kebutuhan dasar, air bersih berdampak langsung pada penurunan stunting, perbaikan gizi, hingga peningkatan produktivitas UMKM.
“Kita bangga karena teknologi ini 100 persen karya anak bangsa, di kembangkan oleh Undip. Tidak impor,” kata Gus Yasin.
Ia berharap pemerintah pusat dapat mengadopsi konsep ini, terutama jika proyek giant sea wall di Pantura kelak terwujud. Kolam retensi di sepanjang tanggul laut, menurutnya, bisa menjadi sumber air baku desalinasi. Jika kolam retensinya bisa di manfaatkan, kebutuhan air bersih di sepanjang Pantura teratasi.
Collaborative Governance
Pakar desalinasi Undip, Prof I Nyoman Widiasa, menyebut program ini sebagai contoh nyata collaborative governance. Pada 2026, Undip bahkan menyiapkan pengembangan desalinasi berbasis tenaga surya agar lebih hemat energi. Teknologi ini juga didorong untuk dimanfaatkan industri, sehingga pengambilan air tanah yang menjadi penyebab penurunan muka tanah bisa dikurangi.
“Dampak langsungnya adalah air minum aman dan murah. Dampak jangka panjangnya kesehatan masyarakat dan lingkungan,” jelasnya.
Bagi Nyoman, kunci keberlanjutan opersional mesin desalinasi terletak pada aspek pengelolaan. Sistem pengelolaan berbeda antara satu lokasi dengan lokasi lainnya. Ada yang dikelola oleh Pondok Pesantren, oleh Bumdes, oleh Koperasi, dan oleh KP SPAM.
Pemprov Jawa Tengah pun telah menyiapkan langkah lanjutan. Pada 2026, dua unit desalinasi tambahan direncanakan dibangun, dengan alternatif lokasi di Tegal, Pemalang, dan Demak, menyesuaikan kemampuan anggaran.


