Bagi Kepala DPU BMCK Jawa Tengah, Hanung Triyono, desalinasi adalah jawaban sederhana atas persoalan kompleks pesisir. Program ini sangat membantu masyarakat pesisir utara Jawa Tengah.
“Prinsipnya sederhana, tapi manfaatnya sangat besar,” ujarnya di Semarang, Sabtu, 27 Desember 2025. Di jelaskan, satu mesin desalinasi mampu memproduksi sekitar 4.000 liter air bersih per hari. Stara 200 galon atau mencukupi kebutuhan sekitar 400 rumah per bulan. Artinya, satu unit mesin cukup melayani satu desa.
Air laut yang selama ini menjadi ancaman, di olah melalui lima tahapan: sand filter, membran reverse osmosis (RO), dua tahap karbon, dan penyinaran ultraviolet. Hasilnya adalah air minum yang telah di uji di laboratorium independen terakreditasi, dengan total zat terlarut (TDS) hanya 62 mg/liter, jauh di bawah ambang batas Permenkes Nomor 2 Tahun 2023.
Pengelolaannya pun di serahkan kepada masyarakat. BUMDes atau kelompok pengelola air desa di percaya mengoperasikan mesin dan menjual air dengan harga sekitar 50 persen lebih murah dari harga pasar. Hasil penjualan di gunakan untuk biaya listrik dan perawatan mesin.
Langkah Humanis
Di Randusanga Kulon, Kepala Desa Affan Setyono memilih langkah awal yang humanis: air di bagikan gratis selama satu bulan pertama. “Ini air RO dari air payau, sehat. Kami siap mengelola dan menjualnya hanya untuk biaya operasional,” katanya.
Bagi Sri Hastutik, warga setempat, perubahan itu terasa langsung. Ia kini hanya membayar Rp 2.500 per galon, jauh lebih murah dari harga air isi ulang sebelumnya yang mencapai Rp 5.000 per galon. “Dulu harus jalan hampir satu kilometer untuk beli air. Sekarang dekat dan murah,” ujarnya.


