SLAWI, smpantura – Sungai Gung atau masyarakat Tegal dan sekitarnya menyebutnya Kaligung. Kaligung membentang sepanjang 48 kilometer dari kaki Gunung Slamet hingga ke muara laut Jawa tepatnya di Tegal. Sungai Gung menyimpang cerita legenda yang menarik dan unik, seperti kisah kekeringan yang melibatkan Nyai Gung hingga sepasang suami istri yang berubah menjadi ular penunggu Kaligung.
Di namakan Kaligung sebab bersinggungan dengan mata air ini yang berasal dari Gunung Agung. Gunung Agung merupakan nama Gunung Slamet pada masa perang Islam di pulau Jawa.
Di Sungai Gung terdapat sebuah bendungan, terletak di Desa Danawarih, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal. Bendungan ini di bangun oleh Ki Gede Sebayu pada sekitar abad ke 16, lalu sempat juga di perbaiki oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Menurut cerita lisan yang berkembang di masyarakat, Bendungan Danawarih di bangun oleh Ki Gede Sebayu dalam waktu satu malam saja.
Ada banyak sekali cerita yang beredar di masyarakat berkaitan dengan keangkeran Kali Gung, di mana masing-masing desa memiliki cerita horor masing-masing. Cerita yang sering di dengar oleh masyarakat ialah bahwa Kali Gung ini menjadi jalur lalu lintas bangsa lelembut dari Pantai Utara Jawa menuju Gunung Slamet atau sebaliknya.
Salah satu cerita dari warga Tegal, Diah Tresnaning Lestari yang di lansir dari Media Literasi. Diah sejak kecil tinggal di daerah Tegal, tidak jauh dari aliran Sungai Gung. Sejak saya kecil, mereka kerap menceritakan kisah-kisah tentang Sungai Gung.
Menurut penuturan orang tua Diah, dahulu kala wilayah sekitar Sungai Gung pernah mengalami kekeringan hebat. Tanah retak, sawah mengering, dan banyak ternak mati. Di tengah keputusasaan itu, datanglah seorang perempuan tua misterius yang kemudian di kenal dengan nama Nyai Gung. Ia berpakaian serba biru dan membawa tongkat kayu.


