Umi menerangkan, hasil pendataan pada Agustus 2022 lalu, ditemukan jumlah populasi balita di Kabupaten Tegal sebanyak 116.868 balita.
Dari jumlah tersebut 87,2 persennya, atau sekitar 101.915 balita berhasil diketahui tinggi ataupun panjang badannya dan didapati sebanyak 17.906 balita atau 17,6 persennya dalam kondisi stunting.
Sementara, jika mendasarkan hasil survei status gizi Indonesia (SSGI) angkanya mencapai 22,3 persen.
“Terlepas dari hitung-hitungan ini, setidaknya kita punya PR untuk menangani 17.906 balita stunting, lewat perbaikan pola asuh dan asupan gizi yang benar, disamping intervensinya dengan pemberian formula 100 atau PMT kaya protein khusus untuk balita yang status gizinya terkategori buruk selama tiga bulan berturut-turut, untuk mengembalikan ke kondisi normal,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Umi menuturkan, jika sebagian besar kasus balita gizi buruk di Kabupaten Tegal ini, dipengaruhi oleh faktor aksesnya pada makanan bergizi yang kurang.
Faktanya, dua dari tiga anak usia nol sampai dengan 24 bulan, tidak menerima makanan tambahan dan satu dari tiga ibu hamil, mengalami anemia yang disebabkan karena kekurangan gizi.
“Saya sangat mengapresiasi program ini, karena selaras dengan agenda pembangunan daerah. Saya juga titip pesan, melalui agenda kerja Fatayat NU ini terus bangun kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan keluarga, mencegah perkawinan usia dini, merencanakan kehamilan dan mencukupi kebutuhan gizi pada anak balita,” kata Umi.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Tengah, Widwiono menyampaikan, selain PMT, kasus stunting juga dapat ditekan melalui implementasi Program Keluarga Berencana (KB), pasca persalinan melalui metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP), berupa pemasangan IUD atau implan yang dapat mencegah kehamilan hingga enam tahun, tergantung dari jenisnya.


