TEGAL, smpantura – Siapa bilang pamor batu akik telah meredup? Di Kota Tegal, tepatnya di kawasan Selatan Stasiun, geliat perbincangan dan transaksi batu akik masih terasa. Pak Mamat, pedagang yang telah membuka lapak selama 11 bulan terakhir, mengungkapkan bahwa hingga tahun 2025, dunia batu akik masih bertahan dan terus di minati, meski tak lagi seramai masa kejayaannya.
Sekarang, selera orang sudah mulai geser. Pembeli lebih nyari batu yang modelnya katingan dan kelihatan elegan. Jenis-jenis kayak Blue Sapphire, Topas, Zamrud, sama Ruby tetap jadi juara yang paling di cari.
Lucunya, buat batu kelas atas begini, ukurannya nggak jadi patokan utama. “Batunya boleh kecil, tapi harganya bisa selangit karena hitungannya per karat,” kata Pak Mamat. Bayangin aja, barang mungil gitu harganya bisa tembus sampai Rp1,5 juta!
Ternyata, pasar di Tegal ini jadi titik temu yang seru buat para pedagang (bakul). Pak Mamat sering banget di datangi pemasok dari Surabaya, Semarang, Cirebon, sampai Bandung. Dan jangan salah, yang jualan bukan cuma bapak-bapak saja. Banyak juga pedagang perempuan yang datang jauh-jauh bawa satu koper penuh batu akik. Benar-benar bisnis yang nggak kenal gender.
Sepanjang tahun 2025 ini, tambahnya, grafik penjualannya sempat anjlok, naik dikit di pertengahan tahun, terus turun lagi.
Kabar baiknya, peminatnya sekarang makin luas. Nggak cuma kolektor lama yang sudah “suhu”, tapi anak-anak muda sekarang juga mulai banyak yang melirik batu-batu jenis kristal buat gaya. (**)


