BREBES, smpantura – Bagi masyarakat yang kerapa melintas di jalur Pantura Brebes hingga Kota Tegal, pasti tidak asing dengan Sungai Kaligangsa. Ini lantaran akan melintaainua setiap kali mau menuju Kota Tegal dari Brebes atau sebaliknya.
Selain fungsinya sebagai salah satu sumber air bagi areal pertanian. Sungai Kaligangsa ini juga mempunyai peranan penting bagi Kabupaten Brebes dan Kota Tegal. Ini karena Sungai Kaligangsa menjadi tapal batas kedua wilayah tersebut. Lalu bagaimana dengan asal usul sungai yang bermuara di laut Jawa ini?
Dari berbagai sumber yang di gali smpantura.news, Sungai Kaligangsa ini memiliki sejarah yang panjang. Bahkan, sungai ini juga menjadi saksi bisu pemecahan wilayah yang kini menjadi Kabupaten Brebes dan Kota Tegal. Tepatnya, di zaman kepemimpinan Adipati Arya Suralaya.
Awal keberadaan Sungai Kaligangsa ini, tidak seperti yang saat ini ada. Awal muasalnya, Sungai Kaligangsa hanya berupa sungai kecil. Namanya juga bukan Sungai Kaligangsa. Masyarakat zaman dahulu, menyebut sungai ini dengan nama Kali Lon. Nama Kali Lon muncul karena berkaitan dengan cara warga memindahkan tanah galian memakai keranjang bambu atau Elon, saat proses pelebaran sungai di massa lampau.
Pelebaran sungai ini terjadi menyusul perpecahan kekuasaan setelah kematian Tumenggung Martoloyo yang menjadi penguasa tlatah Tegal di tahun 1680-an. Sepeninggal Tumenggung Martoloyo ini, terjadi pembagian wilayah antara Tegal-Brebes. Yakni, dengan pembentukan Kabupaten Brebes, yang dipimpin oleh Adipati Arya Suralaya.
Kali Lon atau yang sekarang dikenal Sungai Kaligangsa menjadi tapal batas kedua wilayah ini. Namun karena alur sungainya yang kecil, warga bergotong royong melakukan pelebaran. Di wilayah sungai itu terdapat sebuah desa, yang kini bernama Kaligangsa. Desa itu sebelumnya menyatu dengan Desa Krandon, Kota Tegal. Namun adanya pergeseran sungai, akhirnya terpisah.


