Kademangan Wetan sesudah kembali menjadi daerah yang tenang dan tentram, kemudian oleh Ki Lurah Dongkol digantilah Kademangan Wetan menjadi Mulyoharjo. Mulyoharjo berasal dari kata Mulyo dan Harjo, dengan harapan agar menjadi daerah yag selalu Mulya dan tentram Raharjo. Dari cita cita tersebut Ki Dongkol berharap mewujudkan disepanjang masa kepemimpinanya menjadikan Mulyoharjo yang tenang dan damai. Hingga akhirnya Ki Dongkol wafat dan jenazahnya dimakamkan di dusun yang dahulu lebih dikenal dengan nama Pegatungan, atau tepatnya di Jalan Pemuda. Makan Ki Dongkol berada di dalam area gedung NU yang sampai sekarang masih dapat dikunjungi bukti peninggalannya.
Sepeninggalan Ki Dongkol dilanjutkan oleh Lurah Bongkot pada tahun 1915-1953), Lurah Bakri tahun 1953-1967, Lurah Samhudi tahun 1967-1975, Lurah Sa’ani tahun 1975-1995, Lurah Nu’man tahun 1995-2003, Lurah Lestari tahun 2003-2006), Lurah Suyitno, SE tahun 2006-2011, Lurah Karmali, A.MD dan Lurah Achmad Fandi Subechi sampai sekarang. Keluarahan Mulyoharjo sekarang terbagi menjadi 24 RW dan 104 RT dengan penduduknya kurang lebih 23.000 jiwa dan luas daerahnya mencapai kurang lebih 389,36 hektare.
Demikian legenda Kelurahan Mulyoharjo yang berkaitan erat dengan peristiwa Brandal Mas Cilik. (**)


