Asal Usul Gunung Slamet, Legenda Ki Semar, Bima dan Syekh Maulana Maghribi

SLAWI, smpantura – Berbagai kisah dibalik asal-usul Gunung Slamet yang berada di wilayah lima kabupaten Jawa Tengah. Kisah turun temurun yang disampaikan para sesepuh ini,bdari mulai legenda Ki Semar, Bima hingga Syekh Maulana Maghribi.

Ki Semar

Pada zaman dahulu kala konon Gunung Slamet merupakan gunung yang sangat tinggi. Bahkan saking tingginya, sampai mencapai langit. Orang-orang mendengar bahwa mereka dapat mengambil bintang jika mereka berada di puncak gunung. Namun demikian tidak ada seorangpun yang berani ke sana. Orang-orang takut para dewa di surga akan marah jika orang mengambil bintang. Walaupun manusia tidak berani mengambilnya, keindahan bintang-bintang ternyata membuat beberapa kera berani naik ke puncak gunung.

Dipimpin oleh raja mereka, mereka pergi ke sana dan mengambil beberapa bintang. Hal itu menyebabkan langit menjadi gelap pada malam hari. Orang-orang sedih dan para dewa marah, Batara Guru adalah pemimpin para dewa. Dia mengadakan pertemuan. Ia mengundang Batara Narada, Batara Brama, Batara Bayu, dan lainnya. Batara Narada punya ide bagaimana menghentikan monyet. Mereka akan meminta bantuan Ki Semar. Ki Semar sebenarnya adalah salah satu dewa. Dia bahkan lebih tua dari Batara Guru. Tapi Ki Semar tidak tinggal di surga.

BACA JUGA :  Kena Teror Saat KKN di Desa Sebuah Kaki Gunung

Dia tinggal di bumi bersama anak-anaknya, Gareng, Petruk, dan Bagong. Ki Semar memiliki kesaktian yang luar biasa. Dia bahkan bisa memotong puncak gunung dengan mudah. Tapi pertama-tama, dia ingin memberi pelajaran pada monyet-monyet nakal itu. Mereka harus dihukum karena mencuri bintang. Dia kemudian membuat rencana bersama anak-anaknya untuk menjebak para monyet. Gareng lalu pergi ke puncak gunung. Dia harus mengajak monyet-monyet itu untuk turun dengan memberi mereka beberapa pisang. Usaha itu berhasil, monyet-monyet itu mengikuti Gareng. Setelah para kera meninggalkan puncak gunung, Ki Semar segera membelah puncak gunung. Sebagian besar dilemparkannya ke Cirebon. Itu menjadi Gunung Ceremai dan bagian-bagian kecilnya menjadi gunung-gunung kecil, seperti Gunung Clirit, Gunung Tapak, dan lainnya.