Melihat hal tersebut, Kanjeng Potang langsung memutuskan untuk menunjuk pria tersebut sebagai kepala desa pertama. Ia diberi julukan “Cawing Tali,” yang kemudian menjadi inspirasi untuk penamaan kawasan tersebut sebagai Desa Cawet. Nama “Cawet” berasal dari kata “Cawing,” yang berarti penutup bagian vital tubuh, dan “Tali,” yang merujuk pada ikat pinggang.
Namun, ada versi lain yang menyebutkan bahwa kata “Cawet” berasal dari dua kata dalam bahasa Sunda, yaitu “cawing,” yang berarti air, dan “awet,” yang bermakna mengalir tanpa akhir. Hal ini merujuk pada keberadaan sumber air di desa tersebut yang konon tidak pernah kering dan terus mengalir.
Selain itu, Desa Cawet juga memiliki sejarah keagamaan yang kuat. Di sebutkan bahwa sosok Cawing Tali, yang di kenal pula dengan nama Mbah Cawing, adalah salah satu dari lima sesepuh Desa Cawet yang berperan sebagai penyebar agama Islam di daerah tersebut. Keempat sesepuh lainnya adalah Mbah Sula, Mbah Wasit, Mbah Tarwin, dan Mbah Sibu. Kelima tokoh ini di hormati hingga kini sebagai bagian dari sejarah penting Desa Cawet. (**)


